Sebuah Kisah Cinta (Bukan) untuk Orang Lain

Isu mengenai kesadaran dan mencintai diri sendiri menjadi topik yang disorot media selama beberapa tahun terakhir.

Masyarakat dari berbagai kalangan semakin menyadari bahwa kesehatan mental kini menjadi salah satu elemen utama yang seharusnya selalu disadari bahwa hal ini berperan besar dalam hidup seseorang.

Selama ini konsep cinta pada diri sendiri begitu digaungkan, namun seringkali tetap sulit untuk diaktualisasikan. Lalu, bagaimana cara mengekspresikan dalam wujud nyata bentuk cinta terhadap diri sendiri?

Sulitkah Menjadi Unik dan Istimewa?

Mencintai diri sendiri merupakan kondisi ketika kita menghargai diri dan melakukan usaha-usaha dengan tujuan untuk terus bertumbuh dan mendukung fisik, psikologis, serta spiritual kita. Usaha ini murni dilakukan sebagai sarana untuk kesejahteraan dan kebahagiaan pribadi, bukan untuk menyenangkan orang lain.

Ketika kita memutuskan untuk melangkah lebih jauh untuk mencintai diri, sama halnya seperti mencoba untuk mencintai pribadi lain yang dirasa istimewa, perlu bagi kita untuk mengenal diri lebih jauh, memahami, menerima, dan memeluk diri kita seutuhnya, terlepas dari segala keunikan dan keistimewaan kita.

Menerima apa adanya dapat berubah menjadi sebuah pergulatan batin yang serius ketika lingkungan terdekat kita tidak mendukung untuk itu.

Setiap pribadi yang merupakan mahkluk sosial tidak terpisah dari norma, standar, dan perspektif umum yang berlaku di masyarakat. Menyadari berbagai standar akan apa yang diinginkan dan diterima secara umum rasanya menjadi semudah itu ketika teknologi dan media bersinergi untuk menyebarkan nilai-nilai dan standar yang ingin mereka ciptakan.

Sebuah contoh sederhana dalam hal ini adalah standar kecantikan, bahwa seseorang yang dianggap cantik (misalnya) adalah mereka yang berkulit terang dan bertubuh kurus.

Melalui standar yang terbentuk dilengkapi oleh perasaan diri selalu kurang, menjadi ladang yang cocok bagi produsen dan pemasar untuk memanfaatkan hal ini demi mengisi pundi-pundi emas mereka. Belum lagi orang-orang sekitar yang kemudian menjadi antek-antek media menggemakan standar tersebut dan mendiskriminasi individu yang dianggap berbeda.

Tidak jarang ditemui kasus bullying yang disebabkan oleh penampilan seseorang. Bully seringkali tidak terhindarkan. Maka untuk mengatasi hal ini, diperlukan sebuah pengelolaan emosi yang baik.

Tiap individu memiliki kewenangan untuk memilih bagaimana ia mengelola emosi. Emosi bisa saja disalurkan pada hal-hal negatif yang destruktif atau hal positif yang tidak kalah banyak jenisnya dan sangat konstruktif. Dalam kasus ini, saya menjadikan momen bully saya sebuah motivasi untuk berkembang dan mengingatkan saya untuk menunda kemalasan saya.

Menghargai dan Mengusahakan Perkembangan Diri yang Sehat

Saya tumbuh sebagai seorang anak yang sehat dan gemuk. Sejak kecil saya sudah merasakan berbagai gejolak emosi karena dipanggil “gajah”.

Tentu emosi yang muncul sangat beragam, dimulai dari rasa marah, sedih, hingga berujung pada kecenderungan menyalahkan diri sendiri. Hal ini menumbuhkan keinginan kuat untuk bertubuh kurus tanpa peduli caranya.

Sejak duduk dibangku sekolah dasar saya sudah melakukan diet dan berbagai bentuk penyiksaan diri lainnya untuk menjadi kurus.

Proses diet yang tidak sehat ini tidak pernah berlangsung lama dan disusul kenaikan berat badan saya yang melampaui berat sebelumnya (yoyo effect), berujung membuat saya lebih frustasi dan stres.

Awal tahun 2020, saya mencoba untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat dengan merubah 3 hal sederhana: pola pikir, makanan, dan olahraga.

Memiliki pola pikir hidup sehat itu penting karena sejatinya yang utama adalah bagaimana kita mempertahankan kebugaran dan kesehatan tubuh, bukan hanya sekedar kurus.

Bertubuh kurus dan memiliki sedikit lemak belum tentu sehat. Bicara soal lemak berdasarkan letaknya dalam tubuh, terdapat lemak visceral dan lemak subkutat. Lemak visceral dekat dengan organ dalam tubuh sehingga lebih sulit terlihat secara kasat mata.

Seseorang yang bertubuh kurus bisa saja memiliki banyak lemak visceral dan berisiko lebih tinggi untuk terserang penyakit seperti diabetes, stroke, dan kanker.

Beberapa orang terpaku pada kalori harian mereka, namun sebenarnya akan lebih baik jika kita lebih mindful pada makanan yang masuk ke tubuh kita, termasuk kandungan nutrisi di dalamnya.

Memastikan bahwa nutrisi dari makanan yang kita makan sudah memenuhi kebutuhan harian kita merupakan hal penting dan kebutuhan nutrisi dapat disesuaikan dengan aktivitas harian. TEED calculator menjadi salah satu langkah praktis untuk mengetahui anjuran kebutuhan nutrisi harian yang disesuaikan dengan masing-masing individu.

Selain itu, olahraga rutin sangat disarankan untuk menjaga kebugaran tubuh. Berbagai efek muncul dari olahraga yang dilakukan rutin, diantaranya tubuh yang lebih sehat, bugar, pikiran yang jernih, kondisi kulit yang lebih baik, terhindar dari berbagai penyakit, dan lebih bahagia.

Mencintai Diri Tidak Melulu Egois

Usaha untuk melihat diri sebagai pribadi yang berharga dan bernilai memang memerlukan perhatian dan usaha khusus. Meskipun pada prosesnya mencintai diri membuat kita perlu memprioritaskan diri, bukan berarti seseorang yang mencintai diri sendiri adalah pribadi yang self-centered.

Pribadi yang self-centered berpandangan bahwa dirinya lebih baik dibandingkan orang lain, sementara mereka yang mencintai diri sendiri adalah pribadi yang berpandangan bahwa mereka setara dengan orang lain. Mereka juga cenderung lebih banyak mendengarkan suara hati, peka atas kebutuhan mereka, dan dapat memilih cara yang sebaiknya ditempuh untuk memenuhi kebutuhan itu.

Mencintai diri seutuhnya tidak hanya membutuhkan komitmen yang solid untuk lebih menerima diri, namun juga lebih selektif dalam menyerap informasi disertai oleh lingkungan yang mendukung.

Pilih dan pilah informasi bermanfaat yang akan membantu meneguhkan prinsip kita. Temukan juga lingkungan dan komunitas yang tepat dan berikan energi positif juga untuk mereka yang sedang dalam medan perang yang sama, karena bagaimanapun untuk menjadi unik dan istimewa seringkali melawan arus yang sudah ada dimasyarakat. Memperjuangkan ini tentu memiliki kompleksitas tersendiri. 

* Saksikan bahasan lengkap mengenai topik ini “Love Yourself: Another Journey of Being Fit” melalui IGTV @urun.id

https://www.instagram.com/tv/CJGfTynoafT/

Referensi dan artikel menarik lainnya untuk dibaca:

  • Pijar Psikologi Author. (19 Januari 2019). Mencintai Diri Sendiri Tidak (Selalu) Menjadikan Anda Seorang Narsistik! Retrieved on 30 December 2020.
https://pijarpsikologi.org/mencintai-diri-sendiri-tidak-selalu-menjadikan-anda-seorang-narsistik/
  • Oaklander, M. dan Heather Jones. (1 September 2016). 7 Surprising Benefits of Exercise. Retrieved on 30 December 2020.

https://time.com/4474874/exercise-fitness-workouts/

  • Anggraini, A. P. (10 September 2020). Mengapa Lemak Visceral Berlebih Memicu Gangguan Kesehatan Kronis? Retrieved on 30 December 2020.

https://health.kompas.com/read/2020/09/10/060000768/mengapa-lemak-visceral-berlebih-memicu-gangguan-kesehatan-kronis-?page=all#:~:text=Berbagai%20riset%20telah%20membuktikan%2C%20penumpukan,stroke

  • Setiawan, N. (11 November 2020). Self-Love: Pentingnya Mencintai Diri Sendiri Sebelum Mencintai Orang Lain. Retrieved on 30 December 2020.

https://satupersen.net/blog/pentingnya-mencintai-diri-sendiri-sebelum-mencintai-orang-lain

Leave A Comment

Follow by Email
Instagram
error: Content is protected !!