Bijak Bermedia Sosial bersama Bhumiksara

Pada Sabtu, 12 Februari 2022, Bhumiksara kembali mengadakan webinar dengan tajuk “Pemimpin Muda Berintegritas: Yuk, Berkreatif dan Sehat Menggunakan Media Sosial.” Pada webinar kali ini, Bhumiksara mengundang Prof. Dr. F. Budi Hardiman (Guru Besar Ilmu Filsafat Universitas Pelita Harapan), Dini Prathivi, S.S., M.M (Dosen Manajemen Bisnis dan Praktisi Media Sosial), Clarentia Devi sebagai moderator serta Ricky Wijaya selaku MC.

Prof. Francesco Budi Hardiman yang akrab dipanggil Prof. Franky, selaku narasumber pertama sekaligus sebagai penulis buku “Aku Klik maka Aku Ada”, menjelaskan materi seputar permasalahan dan solusi dari media sosial kontemporer.

Beliau membahas beberapa hal menarik seperti nilai etika dan moralitas dalam Metaverse, peran teknologi dalam membangun pemimpin yang berintegritas, posisi dalam merespons teknologi digital, dan sebagainya.

Beliau juga mengajak kita untuk merefleksikan diri bahwa di zaman yang serba daring ini, interaksi riil antarmanusia sesungguhnyalah berkurang.

Berbekal panca asas komunikasi, kita diajak untuk hendaknya semakin bijak dalam media sosial dengan memiliki itikad baik dalam berkomunikasi, tidak merugikan orang lain, respek pada pribadi mitra komunikasi, bebas dari tekanan dan kecemasan informasi (information angst), dan menjunjung tinggi fairness atau kesetaraan hak antarsesama.

Selain itu, kita juga di-encourage untuk selalu mengindahkan nilai objektivitas (fakta dan kebenaran), moral, dan kejujuran. Hal ini kemudian mampu mengantar kita membangun komunikasi yang sehat, respek yang resiprokal, dan pada akhirnya menuju ke tujuan utama yaitu integritas.

Ibu Dini melanjutkan dalam sesi materinya mengenai dampak buruk dalam media sosial dan cara mengatasinya.

Lebih lanjut lagi, beliau menjelaskan mengenai sisi gelap media sosial, social media break, dan seputar personal branding melalui media sosial.

Sebagai pecinta media sosial, Bu Dini juga berbagi pengalaman pahit dan manisnya ketika beliau terjebak di dark side of social media dan kemudian bangkit untuk bergeser ke good side, yang kemudian membuahkan satu pertanyaan reflektif untuk kita semua: how does social media make you feel?

Lagu dari seorang penyanyi yang digemari generasi milenial, Lauv, yang berjudul “Modern Loneliness” kemudian menjadi permenungan bersama, bahwa generasi masa kini, yang menggandrungi media sosial, pada dasarnya adalah kesepian.

Ini dapat disebabkan oleh tren media sosial yang menuntun kita pada koneksi semu (atau istilah fake friends) dan berujung pada kekosongan diri.

Selain berefleksi sebagai pengguna media sosial, Bu Dini juga mengajak kita semua untuk melihat kembali personal branding kita melalui segala aktivitas maya, baik berupa profile, komentar, status, gambar, maupun video.

Personal branding hendaknya dibangun atas basis integritas. Maka dari itu, personal branding yang genuine dan autentik harus bermula dari kata tanya: why; mengapa kita mau membangun personal branding?

Dengan demikian, kita bisa semakin aware dengan batasan-batasan yang kita miliki, menunjukkan kredibilitas dan konsistensi, serta menciptakan citra diri yang sesungguhnya dan apa adanya.

Salah satu quote indah yang beliau berikan ke para hadirin adalah, “Doing a personal branding with integrity means embracing ourselves and loving ourselves more before trying to make people love us.

“Bijak dan bajik dalam bermedia sosial”, demikian dikatakan oleh Prof. Budi.

Pada intinya, webinar yang diadakan oleh Bhumiksara kali ini mengajarkan kita bahwa dalam bermain media sosial, ada batasan-batasan tersendiri dan prinsip-prinsip yang mampu melindungi kita dari meningkatnya risiko kejahatan.

Tak lupa, kita juga harus bisa membentuk personal branding di media sosial sebagai ciri khas kita yang autentik dan apa adanya, sebagai perwujudan integritas seorang pemimpin sekaligus pengguna media sosial.

Leave A Comment

Follow by Email
Instagram
error: Content is protected !!