Pemimpin Sejati: Merdeka dan “Magis” (2)

Esensi Pemimpin Sejati 

Ketika kita mendengar istilah “pemimpin”, tidak jarang ada persepsi spesifik yang  membuat kita mengasosiasikannya dengan ranah politik maupun bisnis, di mana pemimpin  adalah seseorang yang memiliki power dan influence.

Tetapi sebenarnya esensi dari semua itu  yakni bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki tujuan atau visi, mampu, dan mau untuk  commit melakukan aksi, serta dapat memberi pengaruh positif bagi banyak pribadi.

Demikianlah yang disampaikan oleh Romo Benedictus Hari Juliawan SJ tentang sosok Romo Kadarman pada  acara “Bedah Buku Darma Kadarman” yang diselenggarakan oleh Yayasan Bhumiksara pada  tanggal 8 Mei 2021.  

Inspirasi Ignasius Loyola dan “Latihan Rohani”  

Perjalanan Romo Kadarman menjadi bukti bahwa indikator seorang pemimpin sejati terletak  pada kemerdekaan sekaligus keberlanjutan. Terinspirasi dari Ignasius Loyola, pendiri Serikat  Yesus (SJ), Romo Kadarman membuat transformasi-transformasi sosial yang bermula dari  gagasan, menjadi kebijakan, dan akhirnya mampu menghadirkan perubahan.

Ignasius Loyola  sendiri kemudian menyusun “Latihan Rohani” yang berisi tentang bagaimana cara seseorang  mampu menemukan “harta terpendam”, me-reset hidupnya, dan meninggalkan hal-hal yang  menghambat dirinya lewat tiga jalan, yaitu refleksi, aksi, dan evaluasi. 

Kemerdekaan Diri untuk “Magis” 

Pemimpin, dengan asumsinya sebagai orang yang memiliki visi, tidak pernah terlepas  dari motivasi. Jika kita ingin melihat lebih dalam, di balik sebuah motivasi ada kepentingan. Tak  jarang para pemimpin menemui konflik kepentingan ketika di tengah jalan, integritas profesional  bertemu dengan kepentingan pribadi. Memang, memperjuangkan kepentingan pribadi (termasuk  keluarga, kantor, maupun partai) adalah naluri setiap orang yang kemudian sistem meritokrasi serta prinsip ganjaran dan hukuman. Akan tetapi, yang harus kita garis bawahi adalah motivasi  internal. Salah satu cara agar dapat menumbuhkan motivasi internal yang tepat adalah dengan  merujuk kembali pada “Latihan Rohani” milik Ignasius Loyola. Menata ulang hidup untuk 

mencari apa yang berharga dan patut diperjuangkan serta meninggalkan hal-hal yang menjadi  penghalang diri jalan untuk mencapai sebuah kemerdekaan; dan untuk memiliki motivasi  internal yang bebas kepentingan pribadi adalah dengan memerdekakan diri. Inilah yang  kemudian dialami oleh Romo Kadarman selama perjalanan hidupnya; merdeka dari kepentingan  pribadi. Menjadi seorang pemimpin sejati, Romo Kadarman membangun kapasitas yang “keluar”  dari dirinya—atau bisa kita sebut magis—dan menciptakan pemimpin-pemimpin baru. Atas  keinginannya tersebut, berdirilah Bhumiksara dengan visi menumbuhkan kader bangsa yang  berintegritas, melayani, unggul, berbelarasa, dan inklusif.

Follow by Email
Instagram
error: Content is protected !!